KETERBUKAAN awal dari kelanggengan suatu hubungan rumah tangga, termasuk soal kesehatan. Tanpa keterbukaan, penyakit yang diderita bisa menular ke pasangannya.
Penyakit seksual menular atau infeksi menular seksual menjadi momok dalam suatu hubungan pasangan suami-istri (pasutri). Ketidaktahuan salah satu pasangan terhadap penyakit yang diderita bisa menjadikan penderitaan bagi pasangan lain.
Saat ini ada sejumlah penyakit menular seksual (PMS) yang disebabkan bakteri, virus, protozoa, jamur, atau kutu. Penyakit yang disebabkan bakteri, seperti sifilis, gonorhoea, chlamydia, sedangkan herpes, HIV, papilloma, dan moluscum disebabkan virus. Sementara itu, protozoa menyebabkan trichomonas, jamur menyebabkan candida, dan kutu menyebabkan scabies dan kutu celana.
"Namun, tidak selalu penyakit tersebut ditularkan melalui hubungan kelamin, bisa melalui jarum suntik atau transfusi darah," ujar spesialis kulit kelamin dari Siloam Hospitals dr Hannah KM Damar SpKK.
Masalahnya, sebagian besar orang yang menderita PMS tidak mengetahui dirinya mengidap penyakit tersebut. Hal itu tentu beralasan karena PMS terkadang tidak menimbulkan gejala apa pun. Dengan begitu, tak jarang penderita tidak merasakan sakit karena tidak merasakan nyeri, gatal, keluar cairan, atau gejala lain.
Baru setelah mengalami gejala tertentu, pasutri pun memeriksakan diri. Itu pun terlambat karena pasien kerap datang dalam keadaan stadium lanjut. Kemungkinan terburuk, pasien tidak dapat tertolong.
Itu sebabnya pemeriksaan dini dan perawatan yang tepat diperlukan agar PMS tidak berkembang lebih parah. Sebab, infeksi yang ditimbulkan dengan mudah menyebar ke organ tubuh bagian lain dan menyebabkan komplikasi serius.
Salah satu contoh, sifilis. Pada stadium awal, penderita tidak merasakan sakit dan seolah sembuh tanpa pengobatan. "Akan tetapi, infeksinya masih ada selama belum diobati secara tuntas," tandas dr Hannah sembari menyarankan untuk segera memeriksakan diri jika timbul luka, tumbuh atau menonjol, dan alat kelamin mengeluarkan lendir.
Sementara sifilis stadium 3 bisa menyebabkan kematian bagi penderitanya. Dalam stadium ini, gejala yang ditimbulkan berupa luka bernanah atau berlubang. Jika sudah dalam kondisi ini, semakin lama pembuluh darah akan melemah dan berisiko pecah. Ujung-ujungnya, kematian mendadak bisa sewaktu-waktu datang. Waktu yang dibutuhkan untuk mengalami kondisi terparah seperti ini hanya perlu 3-10 tahun.
Keengganan pasien untuk memeriksakan diri ke dokter disebabkan masih kuatnya stigma buruk dalam masyarakat. Pemahaman yang kurang mengenai penyakit ini membuat pasien sering mengabaikannya.
Pasien mencoba-coba mengobati sendiri menggunakan antibiotik yang mudah didapat di pasaran dan beranggapan semua masalah selesai. Padahal, penggunaan antibiotik secara berlebihan dapat menyebabkan kuman penyakit semakin resisten dan penyakit pun semakin sulit disembuhkan.
Staf konsultasi dari Departemen Pengobatan Gawat Darurat di Great River Medical Center Dave C Smith mengungkapkan, perawatan medis sangat diperlukan untuk menangani penyakit menular seksual.
"Pemeriksaan dini tidak hanya bagi pasien yang sudah terinfeksi penyakit, juga untuk pasangan seksualnya selama ini," tandas Smith.
Sunday, December 9, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Comment:
Post a Comment